menu lay out

Selasa, 21 Oktober 2014

Apakah hikmah dibalik sakit

Siapapun orangnya pasti tidak ingin sakit,namun apa daya apabila sakit tiba tanpa di duga-duga sebelumnya. Selalu berfikir positif dan tetaplah semangat dalam menjalani hidup apapun kondisinya pasti ada hikmah dibalik setiap peristiwa yang terjadi. sakit, adalah ujian. Maka bagi dia yang mampu memberi makna terbaik bagi sakit, insya Allah kemuliaannya diangkat dan membuat malaikat yg selalu sehat takjub. Sakit adalah jalan kenabian Ayub yang menyejarah. Kesabarannya yg lebih dari batas (disebut dalam sebuah hadits 18 tahun menderita penyakit aneh) diabadikan jadi teladan semesta. Dan atas kenyataan sejarah tersebut, hari ini cobalah bercermin kepadanya. Hari ini pula kita bisa bercermin kepada sosok-sosok mulia yg pernah juga sakit. Sakit, yg di ujung penggal kehidupan mereka ditemukan adalah kemuliaan serta terus bertambah derajat kemuliaanya di mata Allah. Imam As-Syafi’i wasir sebab banyak duduk menelaah ilmu; Imam Malik lumpuh tangannya dizhalimi penguasa; Nabi tercinta kita pun pernah sakit oleh racun paha kambing di Khaibar yg menyelusup melalui celah gigi yg patah di perang Uhud. Bukankah setelah akhirnya sakit, semuanya semakin mulia di mata Allah bahkan juga di mata sejarah manusia. Sakit itu zikrullah. Mereka yg menderitanya akan lebih sering dan syahdu menyebut Asma Allah dibanding ketika dalam sehatnya. Sakit itu istighfar. Dosa-dosa akan mudah teringat, jika datang sakit. Sehingga lisan terbimbing untuk mohon ampun. Sakit itu tauhid. Bukankah saat sedang hebat rasa sakit, kalimat thoyyibat yg akan terus digetar? Sakit itu muhasabah. Dia yg sakit akan punya lebih banyak waktu untuk merenungi diri dalam sepi, menghitung-hitung bekal kembali. Sakit itu jihad. Dia yg sakit tak boleh menyerah kalah; diwajibkan terus berikhtiar, berjuang demi kesembuhannya. Bahkan sakit itu ilmu. Bukankah ketika sakit, dia akan memeriksa, berkonsultasi dan pada akhirnya merawat diri untuk berikutnya ada ilmu untuk tidak mudah kena sakit. Sakit itu nasihat. Yg sakit mengingatkan si sehat untuk jaga diri. Yg sehat hibur si sakit agar mau bersabar. Allah cinta dan sayang keduanya. Sakit itu silaturrahim. Saat jenguk, bukankah keluarga yg jarang datang akhirnya datang membesuk, penuh senyum dan rindu mesra? Karena itu pula sakit adalah perekat ukhuwah. Sakit itu gugur dosa, anggota badan yg sakit dinyerikan dan dicuci-Nya. Sakit itu mustajab doa. Imam As-Suyuthi keliling kota mencari orang sakit lalu minta didoakan oleh yg sakit. Sakit itu salah satu keadaan yg menyulitkan syaitan; diajak maksiat tak mampu-tak mau; dosa lalu malah disesali kemudian diampuni. Sakit itu membuat sedikit tertawa dan banyak menangis; satu sikap keinsyafan yg disukai Nabi dan para makhluk langit. Sakit meningkatkan kualitas ibadah; rukuk-sujud lebh khusyuk, tasbih-istighfar lebih sering, tahiyyat-doa jadi lebih lama. Sakit itu memperbaiki akhlak; kesombongan terkikis, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi dibiasakan santun, lembut dan tawadhu. Dan pada akhirnya sakit membawa kita untuk selalu ingat mati. Mengingat mati dan bersiap amal untuk menyambutnya, adalah pendongkrak derajat ketaqwaan. Karena itu mulailah belajar untuk tetap tersenyum dengan sakit. Wallahu A’lam.

Sumber: ust. M. Arifin Ilham